Artikel Terbaru

Sirnalah Segala Kelezatan Jika Datang Kematian

Print Friendly, PDF & Email
kematian is nasehatKhutbah Jumat Masjid Nabawi
(4/6/1435 H atau 4/4/2014 M) oleh Asy-Syaikh Husain bin Abdil Aziz Alu Syaikh hafizohullah (Hakim di kota Madinah dan Dosen di Universitas Islam Madinah)

 

Di tengah kehidupan ini yang penuh dengan perkara-perkara yang melalaikan, penuh dengan beraneka ragam permainan dan yang membuat lupa, maka sungguh seorang manusia sangat butuh kepada sesuatu yang memberi penerangan baginya agar ia tidak terjebak kepada perkara-perkara yang melalaikan tersebut, agar ia tidak terpalingkan dari kehidupan akhirat yang hakiki yang abadi tanpa adanya fana, tanpa adanya kesirnaan.

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah setiap kali masuk di ruang khalifahnya ia membaca firman Allah:

 

أَفَرَأَيْتَ إِنْ مَتَّعْنَاهُمْ سِنِينَ (٢٠٥)ثُمَّ جَاءَهُمْ مَا كَانُوا يُوعَدُونَ (٢٠٦)مَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يُمَتَّعُونَ (٢٠٧)

 

Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun, kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya. (Asy-Syu’aroo 205-207)

 

Lalu beliaupun menangis dan berkata:

نَهَارُكَ يَا مَغْرُوْرُ سَهْوٌ وَغَفْلَةٌ — وَلَيْلُكَ نَوْمٌ وَالرَّدَى لَكَ لاَزِمٌ

 

Wahai orang yang terpedaya sesungguhnya siang harimu hanyalah dipenuhi dengan kelalaian dan kelupaan… dan malam harimu dipenuhi tidur padahal kebinasaan selalu melazimi dirimu

 

تُسَرُّ بِمَا يَفْنَى وَتَفْرَحُ بِالْمَبْنَى — كَمَا سُرَّ بِالَّّلذَّاتِ فِي النَّوْمِ حَالِمُ

 

Engkau bergembira dengan perkara yang akan sirna dan engkau riang dengan bangunan-bangunan….sebagaimana seorang yang sedang mimpi gembira dengan kelezatan-kelezatan dalam tidurnya

 

وَتَسْعَى إِلَى سَوفَ مَا تَكْرَهُ غَبَّهُ — كَذَلِكَ فِي الدُّنْيَا تَعِيْشُ الْبَهَائِمُ

 

Engkau berusaha kepada sesuatu yang akan engkau benci akibatnya… demikianlah para binatang ternak hidup di dunia ini…
Maka bagaimanapun seorang manusia bersenang-senang dengan kenikmatan terbesar dalam kehidupan dunia dan perhiasannya maka jika telah datang perkara Allah (yaitu kematiannya) maka keluarganya tidak akan bisa menolongnya…. Seorang raja tidak akan bisa ditolong oleh tahtanya, harta tidak akan bisa bisa menolong si kaya, si kuat tidak bisa tertolong dengan kekuatannya, seorang yang sedang bersenang-senang tidak akan tertolong dengan kesenangannya tersebut.

 

Maimun bin Mihron pergi menemui Al-Hasan Al-Bahshri untuk meminta nasehat, maka ia berkata kepada Al-Hasan : “Wahai Abu Sa’id, sesungguhnya aku merasakan ada kekerasan dalam hatiku, maka lembutkanlah…”, atau ia berkata, “Sampaikanlah kepadaku sesuatu yang melembutkannya”. Maka Al-Hasan membacakan kepadanya firman Allah ini

 

أَفَرَأَيْتَ إِنْ مَتَّعْنَاهُمْ سِنِينَ (٢٠٥)ثُمَّ جَاءَهُمْ مَا كَانُوا يُوعَدُونَ (٢٠٦)مَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يُمَتَّعُونَ (٢٠٧)

 

Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun, kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya. (Asy-Syu’aroo 205-207)

 

Sungguh benar perkataan seseorang :

 

أَيْنَ أَمْلاَكٌ لَهُمْ فِي كُلِّ أُفُقٍ مَلَكُوْتُ….زَالَتِ التِّيْجَانُ مِنْهُمْ وَخَلَتْ تِلْكَ التَّخُوْتُ

 

Dimanakah para raja yang memiliki kerajaan-kerajaan di seluruh penjuru…?

 

Telah sirna mahkota dari mereka dan kosonglah istana-istana mereaka

 

أَصْبَحَتْ أَوْطَانُهُمْ مِنْ بَعْدِهِمْ وَهِيَ خُبُوْتُ…لاَ سَمْيْعٌ يَفْقَهُ الْقَوْلَ وَلاَ حَيٌّ يَصُوْتُ

 

Jadilah istana para raja tersebut sebagai tempat tinggal bagi orang-orang yang datang setelah mereka dan istana-istana tersebut telah rata dengan tanah…

 

Tidak ada pendengar yang memahami perkataan dan tidak pula ada seorang yang hidup yang bersuara…

 

إِنَّمَا الدُّنْيَا خَيَالٌ بَاطِلٌ سَوْفَ يَفُوْتُ…لَيْسَ لِلإِنْسَانِ فِيْهَا غَيْرَ تَقْوَى اللهِ قُوْتُ

 

Sesungguhnya dunia ini hanyalah khayalan yang batil dan akan segera sirna…Tidak ada yang tersisa untuk menjadi bekal manusia di dunia ini kecuali bertakwa kepada Allah…
Kaum Muslimin sekalian, ditengah kehidupan modern ini yang penuh dengan perkara-perkara yang baru dan penuh dengan perubahan dan perkembangan serta perkara-perkara yang baru muncul yang melalaikan serta melupakan, maka sesungguhnya manusia sangatlah perlu dan butuh untuk merenungkan ayat-ayat yang agung seperti ini. Ibnu Rojab berkata :

 

ما مضى من العمر وإن طالت أوقاته فقد ذهب لذاته وبقيت تبعاته وكأنه لم يكن إذا جاء الموت وميقاته

 

“Umur yang telah berlalu –meskipun panjang waktunya- maka telah pergi kelezatannya, dan tersisa pertanggung jawabannya, maka seakan-akan semuanya tidak pernah ada tatkala telah tiba kematian dan waktunya”, lalu beliau membawakan ayat-ayat yang mulia di atas.

 

Sebagian salaf membaca ayat-ayat ini lalu menangis dan berkata :

 

إذا جاء الموت لم يُغْنِ عن المرء ما كان فيه من اللذة والنعيم

 

“Jika telah datang kematian maka tidak ada faidahnya semua kenikmatan dan kelezatan yang pernah ia rasakan”.

 

Khalifah Ar-Rosyid membangun sebuah istana lalu iapun meminta orang-orang dekatnya untuk mendekat kepadanya, maka Abul ‘Ataahiyahpun melantunkan sya’ir :

 

عِشْ ما بَدَا لكَ سالماً… في ظِلّ شاهقَة ِ القُصورِ

 

Hiduplah sesukamu dengan penuh keselamatan…di bawah naungan tingginya istana

 

يُسْعَى عليكَ بِمَا اشتهيْتَ… لدَى الرَّوَاح أوِ البُكُور

 

Dipenuhi kepadamu semua yang kau hasratkan…tatkala sore hari dan di pagi hari

 

فَإِذَا النُّفُوْسُ تَغَرْغَرَتْ… فِي ضِيْقِ حَشْرَجَة ِ الصُّدُوْرِ

 

Tiba-tiba nyawa sekarat di sempit dan sesaknya dada

 

فَهُناكَ تَعلَم، مُوْقِناً… مَا كُنْتَ إِلاَ فِي الْغُرُوْرِ

 

Maka tatkala itu engkau mengetahui dengan penuh keyakinan…ternyata engkau selama ini terpedaya…
Tatkala menafsirkan ayat-ayat ini, Ibnul Qoyyim berkata :

 

وإن من أيام اللذات لو صَفَتْ للعبد من أول عمره إلى آخره لكانت كسحابة صيف تتقشع عن قليل وخيال طيف ما استتم الزيارة حتى آذن بالرحيل

 

“Sesungguhnya diantara hari-hari kesenangan jika dimurnikan untuk seorang hamba sejak awal umurnya hingga akhir kehidupannya maka sungguh hanya seperti awan yang muncul di musim panas lalu tidak lama kemudian berhamburlah awan tersebut, seperti khayalan, belum selesai kunjungan hingga tiba-tiba sudah datang waktu berangkat”

 

Jika demikian maka ini adalah hakekat -yang tidak ada yang mengingkarinya kecuali orang yang pembangkang yang terpedaya-, hekekat ini harus mengantarkan kita kepada pengangungan perintah Allah, untuk merendah kepadaNya dengan puncak perendahan serta tunduk kepada syari’atNya dengan puncak ketundukan, dan agar kita mengetahui bahwasanya anak Adam dalam kebinasaan dan kekurangan serta penyesalan, dalam kerugian-kerugiannya tatkala ia condong kepada dunia yang fana ini, serta membuang-buang umurnya untuk bersenang-senang dengan kesenangan yang haram, atau kelezatan-kelezatan yang bermacam rupa sehingga lupa akan akhiratnya, berpaling dari ketaatan kepada Robnya, menjauhi tujuan agung penciptaannya. Allah berfirman :

 

وَالْعَصْرِ (١)إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢)إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣)

 

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

 

Asy-Syafi’i berkata : “Kalau seandainya manusia mentadaburi surat ini maka sudah cukup bagi mereka”

 

Maka sungguh bahagia dan beruntung seseorang yang membuahkan waktunya untuk mengenal Robnya dan berusaha untuk mencari keridoanNya dan berdagang dengan perdagangan yang menguntungkan, berinvestasi dengan hasil yang abadi

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (١٠)تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (١١)يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (١٢)وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (١٣)

 
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar. dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. (QS ash Shof: 11-13)
Kerugian dan kecelakaan bagi orang yang menghabiskan waktunya dalam kelalaian, sikap berpaling, permainan, dan senda gurau, ia kurang dalam beramal untuk akhiratnya, ia telah menyia-nyiakan tujuan penciptaannya

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (٩)

 

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Seluruh umatku masih surga kecuali yang enggan”. Maka dikatakan : Wahai Rasulullah siapakah yang enggan tersebut”. Nabi berkata : “Barang siapa yang taat kepadaku maka ia masuk surga, dan barang siapa yang bermaksiat kepadaku maka ia telah enggan” (HR Al-Bukhari)

 

Maka penuhilah kehidupan kalian dengan bersegera untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan perkara-perkara haram, serta bersungguh-sungguh untuk meraih kebajikan, Allah berfirman

 

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ (٢)

 

yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,

 

Dan memperbaiki amalan merupakan amanah yang membutuhkan perjuangan, dan jihad dan berjihad membutuhkan kesabaran dan perjuangan yang menuntut adanya ketegaran. Allah berfirman

 

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (٦٩)

 

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-‘Ankabut : 69)

 

Ibnul Qoyyim berkata : “Orang yang paling sempurna hidayahnya adalah yang paling agung jihadnya. Dan jihad yang paling diwajibkan adalah jihad melawan jiwa, jihad melawan hawa nafsu, jihad melawan syaitan, dan jihad melawan (tipuan) dunia. Barang siapa yang berjihad dengan empat jihad ini karena Allah maka Allah akan menunjukan kepadanya jalan-jalan keridoanNya yang akan mengantarkan kepada surgaNya. Dan barang siapa yang meninggalkan jihad ini maka ia akan terluputkan dari hidayah Allah sesuai kadar peninggalannya terhadap jihad tersebut”

 

Khutbah Kedua:

 

Sesungguhnya yang paling dikawatirkan menimpa umat Islam baik menimpa secara kelompok-kelompok maupun secara individu-individu adalah condongnya umat ini kepada dunia serta sikap mendahulukan dunia dari pada akhirat, demikian juga tersibukan dengan dunia sehingga melalaikan agama dan kewajiban-kewajiban agama. Allah berfirman :

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الأرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلا قَلِيلٌ (٣٨)

 

Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. (QS At-Taubah : 38)

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang tersibukan dengan dunia sehingga melupakan akhirat :

 

“Jika kalian telah berjual beli dengan sistem ‘inah (riba), kalian telah mengikuti ekor-ekor sapi, kalian telah ridho dengan bercocok tanam, serta kalian telah meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kepada kalian kehinaan yang Allah tidak akan mencabut kehinaan tersebut hingga kalian kembali kepada agama kalian” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dan dishahihkan oleh sekelompok ulama)
Saudara-saudaraku se Islam, termasuk amalan yang terbaik dan tersuci adalah bersholawat kepada Nabi yang termulia, Allahumma sholli ‘alaa Muhammad…

 

Ya Allah perbaikilah keadaan kami dan keadaan kaum muslimin, Ya Allah hilangkanlah kesedihan… hilangkanlah penderitaan…, Ya Allah selamatkanlah hamba-hambaMu dari segala fitnah dan bencana…

 

Ya Allah hancurkanlah musuh-musuhMu sesungguhnya mereka tidak akan melemahkanMu, wahai Yang Maha Agung, Ya Allah jagalah saudara-saudara kami dimanapun mereka berada, Ya Allah jadilah Engkau sebagai penolong bagi mereka wahai Yang Maha Perkasa dan Maha Kuat, Ya Allah berilah taufiqMu kepada pelayan dua kota suci, arahkanlah ia kepada perkara yang Engkau cintai dan ridhoi, Ya Allah tolonglah agama ini dengannya, dan tinggikanlah kaum muslimin dengannya…. Ya Allah ampunilah kaum muslimin dan muslimat, baik yang hidup diantara mereka maupun yang telah meninggal, Ya Allah berikanlah kebaikan dunia kepada kami dan juga kebaikan akhirat serta jagalah kami dari adzab neraka.

 

Penerjemah: Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

0:00
0:00