Artikel Terbaru

Meninggalkan Sesuatu Karena Allah

Print Friendly, PDF & Email

hijrahTidak diragukan lagi, bahwa syahwat memiliki peran layaknya penguasa bagi jiwa dan pengendali bagi hati. Karenanya, membebaskan jiwa dari kungkungan syahwat amatlah berat. Akan tetapi, barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupkannya. Barangsiapa yang meminta pertolongan kepada-Nya maka niscaya Allah akan menolongnya.

Ikhlas Kuncinya

Seorang hamba akan menemui kesulitan untuk meninggalkan apa-apa yang diinginkan hawa nafsunya manakala hal tersebut dilakukan dengan niat karena selain Allah Azza Wa Jalla.

Adapun ketika seorang hamba meninggalkannya dengan niat yang ikhlas karena Allah semata, maka niscaya dia tidak akan menemukan kesulitan yang berarti kecuali pada kali pertama saja, sebagai cobaan terhadap apa yang diusahakannya. Seorang yang bersabar untuk menahan nafsunya sesaat niscaya dia akan mendapatkan kelezatan yang hakiki.

Mendapatkan Ganti Yang Lebih Baik

Manakala keinginan jiwa terhadap perkara-perkara yang diharamkan begitu besar, hasrat untuk memenuhi panggilan nafsu tersebut begitu kuat, ditambah dengan banyaknya sarana untuk melakukannya, maka semakin besar pula ganjaran yang Allah sediakan bagi mereka yang mampu untuk meninggalkannya. Allah lipat gandakan pahala bagi mereka yang ber-mujahadah untuk melepaskan jiwa dari kungkungan syahwatnya.

Ketahuilah sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah maka niscaya Dia akan menggantikannya dengan yang lebih baik. Ganti yang akan Allah berikan bermacam-macam. Ganti yang paling utama adalah kebahagiaan bersama Allah, kecintaan, dan ketenangan hati tatkala mengingat Nya. Selain itu, Allah pun akan mengganti dengan bertambahnya kekuatan, semangat, dan harapan yang tinggi akan keridhaan kepada-Nya saja. Iapun akan mendapatkan ganjaran dan kebaikan dalam kehidupan dunia, serta apa yang telah Allah siapkan untuknya di akhirat kelak.

Sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan sesuatu Karena Allah maka niscaya Dia akan menggantikannya dengan yang lebih baik dari apa yang telah ditinggalkannya. Sesungguhnya balasan itu sesuai dengan jenis perbuatannya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman (yang artinya) : ‘Barangsiapa yang beramal kebaikan walau seberat biji dzarroh pun niscaya dia akan melihat balasannya, dan barangsiapa yang mengerjakan keburukan seberat dzarrah pun , niscaya dia akan melihat balasannya pula” (QS. Al-Zalzalah: 7-8)

 ==

Allah ta’ala berfirman menukil ucapan Nabi Yusuf ‘alaihis salam (yang artinya), “Sesungguhnya hawa nafsu itu sangat mengajak kepada keburukan kecuali yang dirahmati oleh Rabbku.” (QS. Yusuf: 53). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Adapun barangsiapa yang merasa takut terhadap kedudukan Rabbnya dan menahan diri dari memperturutkan hawa nafsunya maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal untuknya.” (QS. an-Nazi’at: 40-41). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang mujahid adalah orang yang berjuang menundukkan hawa nafsunya dalam ketaatan kepada Allah.” (HR. Ahmad). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Surga itu diliputi oleh hal-hal yang tidak disenangi -hawa nafsu- dan neraka diliputi oleh hal-hal yang menyenangkan -bagi nafsu-.” (HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah niscaya Allah akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik darinya.” (HR. Ahmad).

 Sumber: Ceramah Syaikh Abdullah Asy Syamiri di radio Idza’atul Qur’an Saudi Arabia, diterjemahkan oleh Muhammad Ihsan

Artikel Buletin Al Hikmah edisi 1-2, dipublikasi ulang oleh Muslimah.Or.Id

Ibnul qoyyim berkata:

أصل المعاصي كلها:العجز؛فإن العبد يعجز عن أسباب أعمال الطاعات وعن الأسباب التي تبعده عن المعاصي وتحول بينه وبينها؛فيقع في المعاصي زاد المعاد

Sumber semua kemaksiatan adalah kelemahan serta ketidakberdayaan yaitu

  1. ketidakberdayaan seseorang menjalankan pintu ketaatan,
  2. ketidak berdayaannya menjauhi sebab-sebab kemaksiatan atau
  3. (ketidakberdayaan) menjalankan sesuatu yg akan dapat membentengi dirinya dari kemaksiatan tersebut, hingga akhirnya ia pun terjerembab ke dalamnya…
(Zaad Al-Ma’aad)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

0:00
0:00