Artikel Terbaru

Makna Aqidah dan Urgensinya sebagai Landasan Agama

Print Friendly, PDF & Email

Bab I – Pasal 1

AQIDAH SECARA ETIMOLOGI

Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan    اعتقد ت كذا artinya “Saya beri’tiqad begini.” Maksudnya, saya mengikat hati terhadap hal tersebut. Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan,”Dia mempunyai aqidah yang benar,” berarti aqidahnya bebas dari keraguan.

Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu.

AQIDAH SECARA SYARA’
Yaitu iman kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab-kitabNya, para RasulNya dan kepada Hari Akhir serta kepada qadar yang baik maupun yang buruk. Hal ini disebut juga sebagai rukun iman.

Syariat terbagi menjadi dua: i’tiqadiyah dan amaliyah.

I’tiqadiyah adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Seperti i’tiqad (kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepadaNya, juga beri’tiqad terhadap rukun-rukun iman yang lain. Hal ini disebut ashliyah (pokok agama).

Sedangkan amaliyah adalah segala yang berhubungan dengan tata cara amal, seperti shalat, zakat, puasa dan seluruh hukum-hukum amaliyah. Bagian ini disebut far’iyah (cabang agama), karena ia dibangun di atas i’tiqadiyah. Benar dan rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya i’t iqadiyah.

Maka aqidah yang benar adalah fundamen bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal. Sebagaimana firman Allah SWT

 

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.(Al-Kahfi:110)

 

 

 

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.(Az-Zumar: 65)

 

Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).(Az-Zumar: 2-3)

Ayat-ayat diatas dan yang senada, yang jumlahnya banyak, menunjukkan bahwa segala amal tidak diterima jika tidak bersih dari syirik. karena itulah perhatian Nabi S.A.W yang pertama kali adalah pelurusan aqidah. Dan hal pertama yang didakwah-kan para rasul kepada umatnya adalah menyembah Allah semata dan meninggalkan segala yang dituhankan selain Dia.

Sebagaimana firman Allah SWT:

 

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu’ , …” (An-Nahl:36)

Dan setiap rasul selalu mengucapkan pada awal dakwahnya,

 


“Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada tuhan bagimu selainNya.”
(Al-A’raf: 59,65,73,85).

Pernyataan tersebut diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib dan seluruh rasul a.s. Selama 13 tahun di Makkah -sesudah bi’tsah- Nabi S.A.W mengajak manusia kepada tauhid dan pelurusan aqidah, karena hal itu merupakan landasan bangunan islam. Para da’i dan para pelurus agama dalam setiap masa telah mengikuti jejak para rasul dalam berdakwah. Sehingga mereka memulai dengan dakwah kepada tauhid dan pelurusan aqidah, setelah itu mereka mengajak kepada seluruh perintah agama yang lain.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

0:00
0:00