Artikel Terbaru

Halloween, ikut merayakan nggak?

Print Friendly, PDF & Email

Dari Abu Sa’id Al-Khudri, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Kalian sungguh-sungguh akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sampai seandainya mereka masuk ke lubang dhabb1, niscaya kalian akan masuk pula ke dalamnya. Kami tanyakan: “Wahai Rasulullah, apakah mereka yang dimaksud itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau berkata: “Siapa lagi kalau bukan mereka?”. Hadits yang mulia di atas diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Ahaditsul Anbiya, bab Ma Dzukira ‘an Bani Israil (no. 3456) dan Kitab Al-I‘tisham bil Kitab was Sunnah, bab Qaulin Nabi r “Latattabi‘unna sanana man kana qablakum” (no. 7320) dan Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya, Kitab Al-‘Ilmi (no. 2669) dan diberi judul bab oleh Al-Imam An-Nawawi dalam kitab syarahnya terhadap Shahih Muslim, bab Ittiba‘u Sananil Yahudi wan Nashara.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda yang senada dengan hadits di atas dalam hadits yang dibawakan oleh Abu Hurairah: “Tidak akan tegak hari kiamat sampai umatku mengambil jalan hidup umat sebelumnya sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta. Maka ditanyakan kepada beliau: “Wahai Rasulullah, seperti Persia dan Romawi?”2 Beliau menjawab: “Siapa lagi dari manusia kalau bukan mereka?” (HR. Al-Bukhari no. 7319).

Pengabaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam dua hadits yang mulia di atas, merupakan tanda dan bukti tentang kebenaran nubuwwah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta merupakan mukjizat beliau yang dzahir (nyata/jelas) karena telah tampak dan telah terjadi apa yang beliau beritakan tersebut. (Syarah Shahih Muslim, 16/219, Kitabut Tauhid, hal. 26, Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab). [1] Misalkan dalam perayaan hari Halloween, yang banyak dilakukan oleh kaum muslimin

Apa sebetulnya hari Halloween, dan apa sejarah dari hari tersebut? Kita patut mengetahui latar belakangnya supaya kita mengerti.


APA ITU HALLOWEEN?

di Eropa barat dan Amerika Utara, Halloween atau Hallowe’en dirayakan pada malam tanggal 31 Oktober. Anak-anak memakai beragam kostum (terutama kostum seram berupa perumpamaan jin, setan, penyihir dan sebagainya), berkeliling dari rumah-ke rumah lalu mengetuk pintu dan meminta permen dari empunya rumah, sambil berteriak “Trick or Treat” (yang artinya kira-kira “Berikan permennya atau kami jahili”). Ciri khas dari Halloween ini adalah buah labu yang diukir menyerupai wajah, dan diberi penerangan (biasanya lilin). Simbol ini diberi nama Jack O’Lantern, dan sangat umum menghiasi rumah-rumah, mall, sekolah dan lainnya, dalam menyambut perayaan ini.

ETIMOLOGI

Kata Halloween pertama kali digunakan pada abad ke-16 dan merupakan varian dari kata Skotlandia lebih lengkap All Hallows ‘Even (‘Evening ‘) atau ‘Malam Yang Sepenuhnya Suci/Keramat, yaitu malam sebelum All Hallows’ Day. Meskipun kalimat All Hallows ‘ditemukan di Old English (ealra hālgena mæssedæg, massa-hari semua orang kudus), kata All Hallows ‘Even itu sendiri tidak terlihat sampai tahun 1556 [2].

SEJARAH

Menurut banyak ahli, Halloween itu awalnya dipengaruhi oleh acara festival panen di Eropa Barat dan festival orang mati dari tradisi kaum pagan, terutama kaum Samhain Celtic. Ahli-ahli yang lain berpendapat bahwa itu berasal bebas Samhain dan memiliki akar Kristen [2].

Sejarawan Nicholas Rogers, yang mengeksplorasi asal-usul Halloween, mencatat bahwa beberapa ahli cerita rakyat telah mendeteksi asal-usul Halloween berasal dari pesta Romawi untuk menghormati dewi Pomona, dewi buah-buahan dan biji-bijian (atau disebut sebagai dewi Parenthalia dalam festival orang mati), perayaan ini lebih cocok jika dikaitkan dengan festival “Samhain” dari bangsa Celtic. Kata Samhain sendiri berasal dari bahasa Irlandia Lama yang berarti “akhir musim panas”, yang menandai berakhirnya musim panen dan awal musim dingin. Dalam tradisi Gaelic, api unggun dinyalakan dan dilakukan beberapa ritual. [2]

Samhain (seperti Beltane) dipandang sebagai saat ‘pintu’ untuk Dunia Lain dibuka, supaya jiwa-jiwa orang mati, dan makhluk lain seperti peri, untuk datang ke dunia kita. Arwah orang yang mati kembali untuk meninjau kembali rumah mereka pada hari Samhain. Namun, roh jahat dan peri jahat juga dianggap ikut serta pada hari Samhain ini. Orang-orang kemudian mengambil langkah untuk menghilangkan atau menangkal para roh jahat ini, dengan memakai kostum sebagai sarana menyamarkan diri dari roh-roh jahat ini. [2]

Di Irlandia, orang pergi sebelum malam tiba untuk mengumpulkan makanan untuk pesta Samhain dan kadang-kadang mengenakan kostum saat melakukannya. Kebiasaan “Trick or Treat” mungkin berasal dari kebiasaan di atas. Membuat Jack O’ Lantern di Halloween juga mungkin muncul dari keyakinan Samhain dan Celtic. Lentera labu, kadang-kadang dengan wajah diukir ke dalamnya, dibuat pada hari Samhain di bagian Irlandia dan dataran tinggi Skotlandia pada abad ke-19. Selain digunakan untuk menerangi jalan pada malam Samhain, labu-labu ini juga digunakan sebagai representasi para roh/peri dan untuk melindungi diri dan rumah dari para peri jahat. [2]

Halloween juga diduga telah dipengaruhi oleh hari-hari suci kaum Kristen dari All Saints ‘Day (juga dikenal sebagai All Hallows, Hallowmas atau Hallowtide) pada tanggal 1 November, dan All Souls’ Day pada tanggal 2 November [28]. Ini adalah hari perayaan untuk menghormati orang-orang kudus dan hari untuk berdoa bagi yang baru meninggal yang belum mencapai Surga. Hari All Saints diperkenalkan pada tahun 609, namun pada awalnya dirayakan pada 13 Mei. Pada tahun 835, ia beralih ke tanggal 1 November (tanggal yang sama dengan Samhain) atas perintah Paus Gregorius IV. [2] Gereja Kristian Barat pertama, merayakan peringatan hari ”All-Saints” atau ”All-Hallows” pada siang hari 31 Oktober, dan pada malamnya mereka merayakan ”Hallows-Eve” (Malam Suci/Keramat) atau ”Halloween”. Mereka tetap mengadopsi beberapa warisan pagan (berhalais) dengan tetap meyakini bahwa pada malam tersebut, orang-orang mati berjalan diantara mereka dan para penyihir serta warlock terbang berseliweran di tengah-tengah mereka, dan api unggun tetap dinyalakan untuk menjauhkan para arwah jahat dari mereka. Secara perlahan-lahan, Halloween pun berubah menjadi bagian peribadatan dan kebiasaan keluarga. [1]

jadi pada dasarnya, perayaan hari Halloween adalah perayaan kaum pagan dan Kristen, yang dipenuhi dengan ritual untuk penyembahan kepada roh dan setan, serta beragam sesajian untuk roh dan setan tersebut. Dimana disebutkan bahwa para roh dan penyihir tersebut mempunya kekuatan yang luar biasa yang menyebabkan mereka ketakutan sehingga harus dilakukan ritual-ritual tertentu untuk menangkalnya.

KESIMPULAN

Setelah kita mengetahui latar belakang tentang hari Halloween tersebut, apakah kita akan tetap ikut-ikutan merayakannya? Ketika kita mengikuti kaum kuffar dengan ikut-ikutan merayakan Halloween, dan kemudian anak-anak kita mengikuti kita, dan kemudian cucu-cucu kita juga mengikutinya, telah nyata bahwa kita telah menjadikan mereka sebagai teman-teman kita.

Ingatlah firman Alloh Ta’ala: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (rahasia), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu..” (QS. Al-Mumtahanan: 1). Juga firman-Nya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman dekat kamu. Mereka itu menjadi teman satu dengan yang lain. Barang siapa di antara kamu menjadikan mereka sebagai teman, maka ia termasuk golongan mereka. Sungguh Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang dhalim” (QS. Al-Maidah: 51).

Bagaimana kalau sekedar merayakan atau berpartisipasi tanpa keyakinan tertentu?

Ibnu Taimiyah berkata bahwa Abu Dawud telah meriwayatkan sebuah hadits hasan dari Ibnu ‘Umar, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barang siapa meniru suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka.” Rahasia dari semua ini adalah karena meniru golongan kafir dapat mengakibatkan kekafiran, atau setidaknya merupakan perbuatan maksiat, atau mungkin kedua-duanya. Hal-hal yang dapat menjerumuskan kepada kekafiran tentu merupakan hal yang diharamkan. Tegasnya, meniru golongan kafir adalah haram, karena adanya prinsip syari‘at bahwa apapun yang menjadi penyebab kekafiran haram dilakukan, sekalipun nampaknya ringan. Dasar pemikirannya adalah suatu perbuatan yang menjadi syarat untuk melakukan perbuatan wajib, maka syari‘at menetapkan bahwa perbuatan tersebut hukumnya wajib.[3]

Ingatlah firman Alloh Ta’ala: “Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.” (QS al-Baqoroh : 109). Juga firman-Nya: “Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu.” (QS al-Baqoroh : 105).

[1] http://abusalma.wordpress.com/2007/10/24/halloween-keramat/
[2] http://en.wikipedia.org/wiki/Halloween
[3] Mukhtarat Iqtidha’ Ash-Shirathal Mustaqim – Syaikh Ibnu Taimiyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

0:00
0:00